Senin, 13 Desember 2021

Adanya integrasi sistem pembelajaran

Hari ini tiba saatnya melaksanakan verifikasi dan validasi untuk penilaian kinerja kepala sekolah di SMK Al Haromain Pasirian.

Sepertinya memang terasa baru beberapa waktu yg lalu penilaian yg sama saya lakukan disini, bahkan masih ingat melekat hal-hal apa saja yang lebih dan kurang di sekolah ini. Mahlum PKKS pada sekolah swasta tahun ini adalah kedua kalinya dilakukan.

Kegiatan kali ini saya mulai dengan berdialog saja bersama kepala sekolah dan para guru. Pertanyaan mendasar yang saya ajukan kepada semua yang hadir termasuk kepala sekolah adalah hal baik apa yang sudah dilakukan selama setahun ini yang berdampak kepada perubahan menjadi budaya positif di sekolah.

Kepala sekolah menyampaikan hal baik yg sudah dilakukan setahun ini antara lain : membangun komitmen semua guru untuk melaksanakan tugas sebagaimana mestinya melalui penandatangan MOU atau semacam perjanjian kerja, yg ternyata ini berdampak pada meningkatnya kedisiplinan guru yang terasa berkurang sejak masa pandemi Covid 19. 
Selanjutnya kapala sekolah bapak Yusuf juga menjelaskan pengalamannya dalam mendampingi guru-guru di sebuah pondok pesantren di Jember dalam hal pembuatan sabun kecantikan berbahan susu kambing, ini merupakan peran sekolah untuk berbagi dengan sekolah lain atas penunjukan dari Dinas Perindustrian Prov Jatim.

Selanjutnya beberapa guru juga secara bergantian menyampaikan hal baik/praktik baik yang sudah dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Namun merupakan PR besar bagi kepala sekolah adalah bagaimana menciptakan sistem terpadu antara pembelajaran di pondok pesantren dan di sekolah mengingat SMK Al Haromain merupakan sekolah yang berada di lingkungan pondok pesantren dengan 100% siswanya adalah santri.

Manajemen waktu tentu sangatlah penting, karena faktanya 24 jam siswa berada di lingkungan sekolah/pondok. 

Informasi dan data yang saya dapatkan kali ini antara lain tingkat ketidakhadiran siswa kususnya putra/rombel kompli teknik komputer jaringan adalah sangat rendah, padahal para siswa itu berdomisili di sekolah, di ruangan yang berhimpitan dengan ruang belajar. Ini menandakan bahwa belum ada sistem yang dapat bersama-sama mengontrol keberadaan siswa yang keseluruhan adalah santri.


Semoga melalui beberapa rekomendasi solusi yang saya sampaikan dapat menjadi pendorong untuk sebuah perbaikan sistem di sekolah ini di masa yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan Pesan Anda