Selasa, 16 Mei 2023

FGD di SMK PGRI Lumajang

Topik : penanganan keterlambatan siswa

Dilatarbelakangi oleh moment kebetulan melihat guru piket (ibu Rina) sedang menangani seorang siswa yang datang terlambat.

Hasil komunikasi dengan ibu Rina dan pengamatan terhadap proses penanganan siswa yang datang terlambat serta data jurnal keterambatan siswa, maka secara spontan ada ide untuk berdiskusi bersama tim kesiswaan dan beberapa guru yang belum ada jam mengajar.

Diskusi dipimpin oleh bapak Yudi (Kepala sekolah) dan diikuti oleh 13 orang guru termasuk wk kurikulum.

Dalam kesempatan ini saya menunjukkan buku jurnal keterambatan siswa. Sebagai bahan diskusi, berdasarkan data tersebut harus dapat diketahui tren keterlambatan siswa sehingga dapat dengan mudah dalam memberikan tindakan atau treatmen terhadap siswa yang menunjukkan adanya tren, misal nya jika ada siswa berturut turut 3 hari terhebat, siswa yg setiap hari Senin terhambat dan kondisi lain.


Langkah penanganan terhadap siswa harus diketahui terlebih dahulu secara dini penyebab keterlambatan yang menunjukkan tren. Peran wali kelas dan guru BK sangat diperlukan untuk penanganan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan penyebab terjadinya keterlambatan.

Dalam kasus ini guru harus dapat menggerakkan prinsip segitiga restitusi, yaitu Segitiga restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahannya sehingga karakter mereka lebih kuat ketika kembali pada kelompoknya.

Restitusi memberikan kesempatan kepada murid untuk disiplin positif, memulihkan diri dari kesalahan sehingga memiliki  tujuan yang jelas. Penekanannya pada cara mereka menghargai nilai-nilai kebaikan yang diyakini, bukan berperilaku untuk menyenangkan orang lain. Restitusi membantu murid untuk jujur pada dirinya sendiri dan mengevaluasi dampak dari kesalahan yang dilakukan. Restitusi memberikan penawaran bukan paksaan.

Sangat penting bagi guru menciptakan kondisi yang membuat murid bersedia menyelesaikan masalahnya dan berbuat lebih baik lagi. Guru dapat menggunakan kalimat seperti “Semua orang pasti pernah berbuat salah”, bukan malah menyudutkan dengan memperjelas kesalahannya.

Terdapat tiga langkah pada restitusi atau kita kenal dengan segitiga restitusi, yaitu 1) menstabilkan identitas; 2) validasi tindakan yang salah;3) menanyakan keyakinan. Ketiga langkah ini dideskripsikan pada Gambar 1 dibawah ini,

Pada bagian dasar seitiga merupakan langkah pertama restitusi yaitu menstabilkan identitas. Bagian ini bertujuan merubah orang yang merasa gagal karena berbuat salah menjadi orang sukses. Kita harus mampu meyakinkan mereka misalnya dengan berkata “Saya pernah melakukan hal yang sama denganmu{”. Ketika seseorang dalam kondisi emosional maka otak tidak mampu berpikir rasional. Kondisi ini sangat tepat kita gunakan untuk menstabilkan identitas. Kita membantu menenangkan mereka dan mencari solusi untuk permasalahannya.

Langkah kedua adalah memvalidasi tindakan yang salah. Pada langkah kedua kita terlebih dahulu memahami kebutuhan dasar yang mendasari tindakan murid kita, Menurut teori kontrol semua tindakan pasti memilki tujuan, entah baik ataupun buruk. Ketika kita menolak murid yang berbuat salah maka merka akan tetap dalam masalah. Yang lebih diperlukan adalah kita memahami alasan mereka berbuat kesalahan sehingga mereka merasa dipahami. 

Menanyakan keyakinan kelas adalah langkah selanjutnya. Ketika langkah pertama dan kedua sukses dilakukan maka anak lebih siap dikaitkan dengan nilai-nilai kebajikan yang dia percaya dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Kehidupan masa depan yang mereka inginkan sangat penting ditanyakan. Ketika gambaran masa depannya sudah ditemukan, maka guru dapat membantu mengarahkan mereka tetap fokus pada gambarannya. Segitiga restitusi dapat menumbuhkan motivasi internal murid untuk disiplin positif dan terbiasa mencari solusi dengan permasalahannya. 

1 komentar:

  1. Jangan lupa hadir di SMK PGRI Lumajang tanggal 5 Juni 2023 ya pak...

    BalasHapus

Tuliskan Pesan Anda